Rabu, 19 Maret 2014

PENGARUH BISNIS RITEL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

“ PENGARUH BISNIS RITEL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA”
( P E R E K O N O M I A N   I N D O N E S I A )



Description: https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRkprRcbg-ylQxgZJoFLMh2YVdxM5U723Lwajo7BonOyOcja8U6

NAMA                       : LOLA BELLA PERTIWI
KELAS                      : 1EB26
NPM                            : 25213025










DAFTAR ISI

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................3

BAB 2
 PEMBAHASAN
2.1 Bisnis Retil..........................................................................................................................5
2.2 Pengaruh bisnis retil terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.................................................5
2.3 Bisnis retil yang signitifkan dengan sektor rumah tangga,pasar komoditi dan swasta...............6
2.4 Pertumbuhan ekonomi indonesia pada bisnis retil.................................................................7
2.5 Dampak pada bisnis retil tradisional dan modern..................................................................9
2.6 Analisis dalam retil modern.................................................................................................10

BAB 3
KESIMPULAN........................................................................................................................14

BAB 4
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................15











BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Perusahaan retil dalam suatu Negara merupakan bagian penting,terutama dalam proses distribusi barang dan jasa dari produsen ke konsumen.Adanya perusahaan retil sangat berpengaruh pada konsumen,Karena dapat menikmati barang dan jasa yang mereka konsumsi sehari-hari.Konsumen tidak hanya menikmati barang atau jasa saja,tetapi banyak memberikan keuntungan.Dapat dikatakan perusahaan retil sangat mempermudah barang dan jasa yang dibutuhkan kapan Dan dimanapun konsumen berada.
Secara umum retailing dapat di definisikan sebagai kegiatan bisnis yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa kepada konsumen yang hanya digunakan untuk kepentingan pribadi,keluarga,atau rumah tangga mereka.Definisi di perluas oleh Hasty dan Reardon (1997),menjadi kegiatan pemasaran yang dirancang untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.Akhir dan secara menguntungkan mempertahankan konsumen tersebut melalui program perbaikan kualitas yang berkesinambungan.
Dewasa ini iklim persaingan bisnis ritail di Indonesia semakin keras dan menantang.Di satu sisi  banyak bermunculan perusahaan-perusahaan ritail local yang baru,sedangkan sisi yang lain beberapa perusahaan ritail asing mulai masuk ke negeri.Dalam kompetisi tersebut,setiap perusahaan ritail saling bersaing untuk mempertahankan  konsumen yang selama ini menggunakan produk atau jasa mereka.Para perusahaan tersebut berlomba-lomba untuk memuaskan konsumennya masing-masing agar mereka tidak beralih ke produk atau jasa dari perusahaan kompetior.Maka tak pelak lagi setiap perusahaan ritail harus terus menerus meningkatkan kualitas pelayanan yang di berikan kepada konsumen demi keberhasilan perusahaan untuk bertahan dalam kompetisi bisnis.Eceran atau disebut ritel adalah salah satu cara pemasaran produk meliputi semua aktivitas yang melibatkan penjualan barang secara langsung ke konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis.Organisasi ataupun seseorang yang menjalankan bisnis ini disebut pengecer.Pada prakteknya pengecer melakukan pembelian barang ataupun produk dalam jumlah besar dari produsen.Bisnis ritel adalah bisnis yang signitifkan dengan pertumbuhan pasar rumah tangga.Dasar pemikiran dari elemen Rumah Tangga yang terdiri dari orang tua(ayah,ibu),anak.Kedua elemen ini dalam bidang konsumsi hampir sama,membutuhkan makan,minum dan pakaian.Tetapi dalam bidang yang lain tentunya kebutuhan berbeda.
Bisnis ritel dapat memacu pasar komoditi unggulan yang dilakukan oleh sector swasta,oleh karena itu bisnis ini tidak terlepas dari kegiatan produksi yang dilakukan sendiri,maka yang perlu di perhatikan adalah tujuan dari kegiatan produksi ini.Pengaruh bisnis ritel terhadap pertumbuhan ekonomi daerah bisa di sebut dari peran distribusi yang sangat menunjang ,serta memudahkan pengeluaran barang dari produsen ketangan konsumen lewat lembaga atau perusahaan-perusahaan yang ada seperti Indomart.Alfamart,Superindo.
Pasar eceran atau pasar ritel di Indonesia merupakan pasar besar dengan jumlah penduduk Indonesia pada awal tahun 2010sekitar 237.556 jiwa. Dengan jumlah penduduk sebanyak itu,total belanja rumah tangga akhir 2010 mencapai 115triliun rupiah . Belanja tersebut mencakup seluruh kebutuhan rumah tangga, mulai dari kebutuhan sehari-hari seperti gula, sabun mandi, pakaian,hingga kebutuhan barang tahan lama (durable) seperti kulkas,emas dan mobil.Dapat dikatakan bisnis retil adalah bisnis yang tidak ada matinya atau dengan kata lain,bisnis retil selain menguntungkan juga dapat memberikan kemudahan-kemudahan pelayanan kepada masyarakat atau konsumsi pengguna barang dan jasa lewat lembaga distribusi antara lain koprasi,supermarket,toko swalayan,rumah tangga dan pedagang kaki lima.


























BAB 2
PEMBAHASAN

2.1  BISNIS RETIL

Bisnis retil merupakan jenis usaha yang paling banyak dijalankan orang.Dari pedagang kaki lima,supermarket,hingga hypermarket merupakan jenis bisnis retil yang sering kita temukan.Begitu juga dengan para pedagang yang jual di pasar-pasar tradisional.Dengan pengertian yang sudah ada,dapat dikatakan bisnis retil adalah usaha yang menyalurkan barang atau jasa kepada pengguna akhir.

2.2  PENGARUH BISNIS RETIL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
Dapat dilihat dari peran distribusi yang sangat menunjang ,serta memudahkan penyaluran barang dari produsen ketangan konsumen lewat lembaga atau perusahaan-perusahaan yang ada seperti indomart,alfamart,superindo.Pada intinya perusahaan-perusahaan tersebut mempunyai tujuan,antara lain :
Ø  Mempercepat hasil produksi sampai ketangan konsumen.
Ø  Tercapainya penyebaran hasil produksi secara merata ketangan konsumen.
Ø  Menjaga kelangsungan hidup.
Ø  Meningkatkan dan memperbesar mutu dan jumlah hasil produksi.
Ø  Menjaga stabilitas harga barang-barang hasil produksi.
Memang kalau dikaji secara detail,prusahaan-perusahaan tersebut diatas badan-badan perantara,seperti hal-nya .atau toko.Perannya sangat penting  bagi pertumbuhan ekonomi daerah,khusus memberikan kemudahan bagi masyarakat atau konsumen untuk mendapatkan kebutuhan hidup sehari-hari.Dalam system distribusi  ada tiga cara penyampaian barang,yaitu sebagai berikut :
1.      Distribusi tidak langsung
Penyampaian barang hasil produksi dari produsen ketangan konsumen dengan menggunakan badan-badan perantara,baik agen,distribusi dan lain-lain.
2.      Distribusi secara langsung
Penyampaian barang hasil produksi secara langsung dari produsen kepada konsumen yang memerlukan.
3.      Distribusi semi langsung
Penyampaian barang dari produsen kepada konsumen dengan menggunakan badan perantara (toko) milik produsen sendiri.
Dari ketiga system distribusi tersebut diatas yang paling mungkin dapat digunakan bagi bisnis retil,nomor 1 dan 3,karena pada distribusi tidak langsung dan distribusi semi langsung banyak menyediakan barang-barang kebutuhan produk sehari—hari bagi masyarakat atau konsumen pengguna barang kebutuhan pokok yang daya belinya hanya untuk kepentingan individu akan memenuhi kebutuhannya.

2.3 BISNIS RETAIL YANG SIGNITIFKAN DENGAN SEKTOR RUMAH  TANGGA,PASAR KOMODITI DAN SEKTOR SWASTA
Bisnis yang signitifkan dengan pertumbuhan sektor rumah tangga.Dasar pemikiran dari elemen rumah tangga yang terdiri dari orang tua (ayah,ibu) dan anak.Kedua elemen tersebut dalam bidang konsumsi hampir sama,membutuhkan makan,minu,pakaian,tetapi dalam bidang yang lain tentunya kebutuhannya berbeda contohnya untuk anak-anak yang dibutuhkan  lain.Maka pangsa pasar yang  ada saat ini dapat dimanfaatkan oleh orang tua memproduksi kebutuhan barang untuk keperluan anak-anak.Dengan demikian hasil yang diperoleh akan menambah pendapatan dari rumah tangga keluarga.Tindakan yang dilakukan oleh rumah tangga keduanya masuk dalam FAKTOR PRODUKSI KEWIRAUSAHAAN.
Ciri-ciri faktor produksi kewirausahaan :
v  Mampu mengorganisasi atau mengatur tata kerja perusahaan
v  Mempunyai pandangan yang luas tentang ekonomi dan manajemen
v  Mempunyai keahlian,kecakapan dan ketermpilan sesuai dengan kegiatan produksi yang akan dihasilkan
v  Dapat mengambil keputusan secara cepat,tepat dan berani bertanggung jawab dalam menghadapi segala resiko
v  Mengetahui tentang administrasi dan manajemen
v  Jujur dan dapat dipercaya
Bisnis retail dapat memacu pasar komoditi unggulan yang dilakukan oleh sektor swasta,oleh karena itu bisnis ini tidak terlepas dari kegiatan produksi yang dilakukan sendiri, maka yang perlu di perhatikan adalah tujuan dari kegiatan produksi ini :

ü  Produksi ekonomis
Adalah kegiatan produksi yang bertujuan untuk menghasilkan barang sekaligus untuk memperoleh laba/keuntungan.
Contoh : produksi,Roti,Baju,Elektronik dan lain-lain.
ü  Produksi jasa
Adalah kegiatan produksi yang menghasilkan keuntungan atau laba dan jasa-jasa yang di lakukan.
Contoh : Laundry,Bengkel,Persewaan peralatan pesta pernikahan,foto copy dan lain-lain.
2.4  PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PADA BISNIS RETAIL

Seiring terus positifnya pertumbuhan ekonomi Indonesia dan meningkatnya daya beli masyarakat, bisnis ritel di negara ini pun tampak makin bergairah. Menariknya, gairah bisnis ritel tidak hanya terjadi di Jabodetabek, tetapi juga di kota terbesar kedua di Indonesia, Surabaya. Investasi bisnis ritel di Surabaya dan kota-kota lainnya di Indonesia kini kian menarik. Sebagai contoh, salah satu perusahaan ritel besar di negara ini, PT Matahari Putra Prima Tbk. (MPPA), giat melakukan ekspansi usaha berupa pembukaan gerai-gerai hipermarketnya di sejumlah kota besar di Indonesia, termasuk Surabaya.
Pembukaan satu gerai hipermarket menghabiskan dana investasi sekitar Rp50 miliar dan menyerap tenaga kerja minimal 500 orang dengan pemasok mencapai 200 vendor. Pada 2014 MPPA menargetkan jaringan bisnis hipermarketnya lebih dari 130 gerai di seluruh Indonesia. PT Matahari Department Store Tbk. sepanjang tahun ini juga berusaha meningkatkan penjualannya dengan membuka sejumlah gerai baru di Provinsi Jawa Timur, termasuk Kota Surabaya.Mengapa Surabaya menjadi pilihan menarik bagi bisnis ritel sekarang ini?
Kota Surabaya makin menjadi area bertemunya berbagai kegiatan perdagangan di kawasan timur Indonesia dan memiliki beberapa sentra bisnis yang dapat dijadikan tujuan investasi. Surabaya sudah seperti Kota Jakarta ke-2, karena jumlah penduduk Surabaya terbesar kedua setelah Jakarta, yaitu sebanyak 2.956.569 jiwa dengan kepadatan penduduk 91 jiwa per hektare pada tahun 2011 (data Badan Pusat Statistik Kota Surabaya). Aktivitas dan kebutuhan penduduk di Kota Pahlawan ini selalu meningkat. Hal ini tentu menjadi peluang usaha besar bagi para pengusaha ritel dan sangat prospektif untuk pengembangan bisnis ritel. Apalagi kota yang kian dikenal sebagai kota metropolitan ini sudah difokuskan sebagai kota jasa dan perdagangan, bukan lagi kota industri. Sektor ritel di Kota Surabaya menempati posisi yang cukup strategis, menyusul daya beli masyarakatnya yang meningkat. Rata-rata pendapatan per kapita Kota Surabaya mencapai Rp62,62 juta dari tahun 2007 hingga tahun 2010. Hal ini menjadi faktor utama dalam strategi bisnis perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang konsumsi dalam berbisnis di Surabaya.Struktur ekonomi Kota Surabaya tahun 2010 masih didominasi oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sektor-sektor tersebut mempunyai peranan sebesar 45% terhadap perekonomian Kota Surabaya. Hal itu sangat wajar karena Surabaya adalah ibu kota Provinsi Jawa Timur dan merupakan pusat perdagangan di wilayah timur Indonesia. Selanjutnya, sektor industri pengolahan dan pengangkutan & komunikasi, yang masing-masing berkontribusi sebesar 23,08% dan 10,26% (data Badan Pusat Statistik Kota Surabaya).Seiring dengan kesempatan yang besar bagi investasi di bidang kebutuhan konsumsi masyarakat, perkembangan bisnis ritel di Kota Surabaya masih didominasi oleh pengusaha minimarket. Pangsa pasar ritel minimarket di kota ini meningkat dari hanya 5% pada 2001 menjadi 21,1% pada 2011. Sementara itu, pangsa supermarket dan hipermarket stabil di kisaran 20%. Keberadaan minimarket di kota ini bak cendawan di musim hujan.
Kelas menengah di Indonesia umumnya berbelanja dengan basket size yang sedang, sehingga mereka cenderung memilih cukup pergi berbelanja ke minimarket. Di sisi lain, produsen FMCG juga memilih memperluas jaringan distribusi barang-barangnya secara modern melalui minimarket. Karena Jaringan distribusi merupakan hal yang sangat penting dalam berbisnis di Indonesia yang wilayahnya sangat luas dan kondisi infrastrukturnya belum baik.
Di sisi lain, jumlah perusahaan ritel di Jawa Timur juga mengalami peningkatan.
Ø  Pada 2011 jumlahnya mencapai 2.237 unit,  atau meningkat sebesar 27,8%
Ø  pada 2010. Pangsa ritel minimarket-nya sendiri mencapai 60% lebih terhadap keseluruhan perusahaan ritel  Jawa Timur.
Menurut Abraham Ibnu, Ketua DPD Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia Jawa Timur, omzet perusahaan ritel di Jawa Timur bisa mencapai target sampai Rp15,2 triliun pada 2011. Sektor bisnis eceran di Provinsi Jawa Timur mengalami pertumbuhan omzet yang cukup tinggi yang pada 2010 terealisasi Rp13,5 triliun. Abraham menyarankan agar para pengusaha ritel terus berinovasi mengikuti perkembangan zaman agar tidak kalah bersaing di era perdagangan bebas.
Pesatnya pembangunan minimarket di beberapa kota besar di Indonesia,  termasuk Surabaya, didukung oleh respons positif dari masyarakat. Segala kemudahan dan kenyamanan dalam berbelanja pun dapat dipenuhi oleh minimarket. Apalagi minimarket juga menyediakan komoditas yang begitu beragam,  mulai dari peralatan sandang hingga peralatan tersier.
Kondisi perekonomian dan daya beli masyarakat Kota Surabaya yang relatif bagus juga memancing minat peritel besar seperti hipermarket dan department store. Keberadaan peritel besar ini tentu menjadi anchor tenant yang dapat menarik minat pengunjung pusat perbelanjaan di Surabaya. Apalagi pintu masuk bagi para peritel asing pun sudah dibuka, seperti tertuang dalam Keputusan Presiden No. 118/2000 yang telah mengeluarkan bisnis ritel dari negative list bagi Penanaman Modal Asing (PMA). Sejak itu, peritel asing mulai ramai masuk ke Indonesia. Hal ini menunjukkan peluang bisnis ritel (pasar modern) cukup menjanjikan, sehingga setiap tahun selalu muncul dan berdiri gerai baru ritel modern di kota-kota besar.
Sekretaris Jenderal Aprindo Rudy R.J. Sumampouw mengatakan saat ini ada empat daerah yang mulai mengatur ekspansi pasar ritel modern. Salah satunya Kota Surabaya melalui Peraturan Daerah (Perda) Kota Surabaya No. 1 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Usaha di Bidang Perdagangan dan Perindustrian. Di dalam peraturan itu, pembukaan atau permintaan izin pembukaan toko ritel modern baru harus memerhatikan beberapa hal. Di antaranya, jarak lokasi dengan pasar tradisional yang sudah berdiri sebelumnya. Selain itu, ritel modern juga harus membuat rencana kemitraan dengan usaha mikro dan kecil di area lokasi.
Ketatnya peraturan tersebut tentunya diharapkan tidak menyurutkan minat para pengusaha ritel modern nasional untuk mengembangkan usaha ritel modern di Kota Surabaya, termasuk untuk bersaing dengan ritel asing. Harus diingat bahwa membangun ritel sama halnya seperti membangun perekonomian regional ataupun nasional di sektor perdagangan. Pertumbuhan bisnis ritel juga akan menunjang perkembangan sektor bisnis lainnya. Diharapkan, pasar Indonesia dapat dikuasai oleh peritel lokal yang terus terpacu dan bahkan mampu mengembangkan sayap bisnisnya ke luar negeri.
2.5 DAMPAK PADA BISNIS RETAIL TRADISIONAL DAN BISNIS RETAIL MODERN
Tentunya pada bisnis retail kecil seperti toko kelontong.Masyarakat pada golongan menengah bawah memudahkan pertumbuhan ekonominya,karena sesuai dengan pendapatan yang di peroleh.Dan tentu saja perbandingan tingkat harga jenis produk di warung dan minimarket sungguh berbeda,dan tentu jenis produk yang di jual di warung lebih murah.Dapat diartikan bahwa peran minimarket telah secara jelas mengurangi omset toko di sekitarnya. Selain itu banyak sekali aturan Pemerintah Daerah tentang pendirian minimarket yang dilanggar oleh pemilik waralaba yang bersangkutan.
Dampak terjadi pada bisnis retail modern,orang-oranglebih suka belanja di minimarket karena mereka menyediakan tempat jual beli yang nyaman dengan air conditioner (AC ), keteraturan tata letak produk, banyaknya varian produk, danharga yang tidak jauh beda dibandingkan dengan harga di toko biasa.Pelanggan tidak begitu memperdulikan selisih harga tersebut jika dibandingkandengan pelayanan yang mereka dapatkan saat berbelanja di minimarket. Alhasil, tokokelontong akan kalah bersaing dan kehilangan konsumen. Pola pendirian minimarket yangmenyebar dan tidak memperdulikan peraturan Pemda yang dicanangkan membuatminimarket telah mampu memakan kelangsungan bisnis toko di sekitarnya.Apalagi untuk beberapa produk kebutuhan sehari-hari minimarket telah mampumenekan harga jual sehingga mampu lebih rendah dari toko kelontong. Hal tersebut karena para minimarket memiliki pusat grosir yang jelas bagi produk mereka. implikasinya,untuk beberapa produk minimarket mampu menjual dengan harga yang relative lebih rendahdibanding toko kelontong.
                        2.6 ANALISIS DALAM INDUSTRI RETAIL MODERN
Dalam periode enam tahun terakhir, dari tahun 2007–2012, jumlah gerai ritel modern di Indonesia mengalami pertumbuhan rata-rata 17,57% per tahun. Pada tahun 2007, jumlah usaha ritel di Indonesia masih sebanyak 10.365 gerai, kota di Indonesia. Pertumbuhan jumlah gerai tersebut tentu saja diikuti dengan pertumbuhan penjualan. Menurut Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia (Aprindo), pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia antara 10%–15% per tahun. Penjualan ritel pada tahun 2006 masih sebesar Rp49 triliun, dan melesat hingga mencapai Rp120 triliun pada tahun 2011. Sedangkan pada tahun 2012, pertumbuhan ritel diperkirakan masih sama, yaitu 10%–15%, atau mencapai Rp138 triliun. Jumlah pendapatan terbesar merupakan kontribusi dari hipermarket, kemudian disusul oleh minimarket dan supermarket.

Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 237 juta jiwa dengan total konsumsi sekitar Rp3.600-an triliun merupakan pasar potensial bagi bisnis ritel modern. Ini didukung oleh perilaku berbelanja penduduk Indonesia yang sudah mulai bergeser, dari berbelanja di pasar tradisional menuju ritel modern.
Description: http://www.frontier.co.id/wp-content/uploads/2012/10/Persentase-penduduk-yang-berbelanja-di-ritel-modern-untuk-barang-kebutuhan-di-atas.jpg
Persentase penduduk yang berbelanja di ritel modern untuk barang kebutuhan di atas
Sumber: Frontier Consulting Group, Research Division (survei di enam kota besar)
Dengan dibukanya pintu masuk bagi para peritel asing sebagaimana Keputusan Presiden No. 118/2000 yang telah mengeluarkan bisnis ritel dari negative list bagi penanaman modal asing (PMA), sejak itu ritel asing mulai marak masuk ke Indonesia. Masuknya ritel asing dalam bisnis ini menunjukkan bisnis ini sangat menguntungkan. Namun di sisi lain, masuknya hipermarket asing yang semakin ekspansif memperluas jaringan gerainya, dapat menjadi ancaman bagi peritel lokal. Peritel asing tidak hanya membuka gerai di Jakarta. Misalnya Carrefour, dalam enam tahun belakangan sudah merambah ke luar Jakarta, termasuk ke Yogyakarta, Surabaya, Semarang, Palembang, dan Makassar.
Semakin maraknya ritel modern tentu saja menimbulkan persaingan sesama ritel modern tersebut. Selain itu, maraknya ritel modern memudahkan konsumen untuk memilih ritel yang disukai dan cocok dengan keinginan konsumen. Sehingga konsumen dengan mudah bisa berganti ritel modern yang dikunjungi, atau tetap loyal dengan satu ritel karena sudah merasa cocok.
Survei Top Brand yang mengukur tiga parameter, yaitu TOM BA, last usage, dan future intention, selain digunakan untuk mengetahui Top Brand Index, bisa juga digunakan untuk mengetahui perilaku switching konsumen. Berikut ditampilkan perilaku switching konsumen berdasarkan hasil survei Top Brand 2012, atribut last usage dan future intention, untuk kategori hipermarket, supermarket, dan minimarket.
Description: http://www.frontier.co.id/wp-content/uploads/2012/10/Brand-Switching-Analysis-Kategori-Hipermarket.jpg
Brand Switching Analysis Kategori Hipermarket
Sumber: Frontier Consulting Group Research Division
Berdasarkan brand switching analysis di atas, terlihat bahwa Carrefour, Hypermart, dan Lotte Mart merupakan merek yang diprediksikan akan bertambah jumlah pengunjungnya di masa mendatang. Angka net switching ketiga merek tersebut positif. Jumlah pengunjung merek lain yang akan berganti mengunjungi ketiga merek tersebut (switching in) lebih banyak dari pengunjung merek tersebut yang akan berpindah menggunakan merek lain (switching out). Sebaliknya, Giant, Superindo, dan Brastagi, net switching ketiga merek tersebut bernilai negatif.
Description: http://www.frontier.co.id/wp-content/uploads/2012/10/Brand-Switching-Analysis-Kategori-Supermarket.jpg
Brand Switching Analysis Kategori Supermarket
Sumber: Frontier Consulting Group Research Division
Bagaimana dengan supermarket? Berdasarkan brand switching analysis di atas, terlihat bahwa Hero merupakan satu-satunya merek yang diprediksikan akan bertambah jumlah pengunjungnya di masa mendatang. Angka net switching merek tersebut positif. Jumlah pengunjung merek lain yang akan berganti mengunjungi Hero (switching in) lebih banyak dari pengunjung Hero yang akan berpindah mengunjungi merek lain (switching out). Sebaliknya, Superindo, Griya, dan Tip-top, net switching ketiga merek tersebut bernilai negatif. Sedangkan ADA diprediksikan stagnan.
Description: http://www.frontier.co.id/wp-content/uploads/2012/10/Brand-Switching-Analysis-Kategori-Minimarket.jpg
Brand Switching Analysis Kategori Minimarket
Sumber: Frontier Consulting Group Research Division
Kemudian untuk minimarket, berdasarkan brand switching analysis di atas, terlihat bahwa Alfamart, Yomart, dan 7-eleven merupakan merek yang diprediksikan akan bertambah jumlah pengunjungnya di masa mendatang. Angka net switching ketiga merek tersebut positif. Jumlah pengunjung merek lain yang akan berganti mengunjungi ketiga merek tersebut (switching in) lebih banyak dari pengunjung ketiga merek tersebut yang akan berpindah mengunjungi merek lain (switching out). Sebaliknya, Indomaret dan Alfamidi, net switching kedua merek tersebut bernilai negatif.
Bagi merek-merek yang memiliki net switching negatif harus berhati-hati dan berusaha melakukan improvement agar prediksi tersebut tidak terjadi. Demikian juga dengan merek yang sudah memiliki angka net switching positif, mereka harus mempertahankan atau meningkatkan performance mereka sehingga prediksi dari brand switching analysis tersebut benar-benar terjadi.





BAB 3
KESIMPULAN
Dan dapat disimpulkan bahwa minimarket lebih inovatif dalam menarik minat pelanggan sehingga bukan tidak mugkin pelanggan yang tadinya membeli di toko akan beralih dan menjadi pelanggan tetap minimarket. Dan secara garis besar yang dibahas,telah diketahui omzet perusahaan ritel di Jawa Timur bisa mencapai target sampai 15 triliun lebih pada 2011. Sektor bisnis eceran di Provinsi Jawa Timur mengalami pertumbuhan omzet yang cukup tinggi yang pada 2010 terealisasi Rp13,5 triliun.
Di seluruh indonesia pada bisnis retail modern.Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 237 juta jiwa dengan total konsumsi sekitar Rp3.600-an triliun merupakan pasar potensial bagi bisnis ritel modern. Ini didukung oleh perilaku berbelanja penduduk Indonesia yang sudah mulai bergeser, dari berbelanja di pasar tradisional menuju ritel modern,dari hasil data yang di ketahui,dalam periode 6 tahun terakhir,
·         Tahun 2001-2012 berjumlah 10.365 gerai usaha retil di indonesia
·         Di tahun 2006 sebelumnya masih sebesar 49 triliun
·         Tahun 2011 melesat hingga 10 triliun
·         Tahun 2012 pertumbuhan retil masih sama ,yaitu 10%-15% atau dengan angka mencapai 138 triliun
Jumlah pendapat terbesar merupakan kontribusi dari hypermarket dan disusul oleh minimarket dan supermarket.
Dan tentunya, Bisnis retail adalah bisnis yag tidak ada matinya atau dengan kata lain,Bisnis retail selain maenguntungkan juga dapat memberikan kemudahan-kemudahan pelayanan kepada masyarakat konsumen barang dan jasa lewat lembaga distribusi antara lain :
1.      Koprasi
2.      Supermarket
3.      Toko swalayan
4.      Rumah Tangga keluarga
5.      Pedagang kaki lima





BAB 4
DAFTAR PUSTAKA