“ PENGARUH BISNIS RITEL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
INDONESIA”
( P E R E K O N O M I A N I N D O N E S I A )

NAMA
: LOLA BELLA PERTIWI
KELAS : 1EB26
NPM
: 25213025
DAFTAR ISI
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................3
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1 Bisnis Retil..........................................................................................................................5
2.2 Pengaruh bisnis retil terhadap
pertumbuhan ekonomi daerah.................................................5
2.3 Bisnis retil yang signitifkan dengan
sektor rumah tangga,pasar komoditi dan swasta...............6
2.4 Pertumbuhan ekonomi indonesia pada
bisnis retil.................................................................7
2.5 Dampak pada bisnis retil tradisional
dan modern..................................................................9
2.6 Analisis dalam retil modern.................................................................................................10
BAB
3
KESIMPULAN........................................................................................................................14
BAB
4
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perusahaan retil dalam suatu Negara merupakan bagian
penting,terutama dalam proses distribusi barang dan jasa dari produsen ke
konsumen.Adanya perusahaan retil sangat berpengaruh pada konsumen,Karena dapat
menikmati barang dan jasa yang mereka konsumsi sehari-hari.Konsumen tidak hanya
menikmati barang atau jasa saja,tetapi banyak memberikan keuntungan.Dapat
dikatakan perusahaan retil sangat mempermudah barang dan jasa yang dibutuhkan
kapan Dan dimanapun konsumen berada.
Secara umum retailing dapat di definisikan sebagai
kegiatan bisnis yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa kepada konsumen
yang hanya digunakan untuk kepentingan pribadi,keluarga,atau rumah tangga
mereka.Definisi di perluas oleh Hasty dan Reardon (1997),menjadi kegiatan
pemasaran yang dirancang untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.Akhir dan
secara menguntungkan mempertahankan konsumen tersebut melalui program perbaikan
kualitas yang berkesinambungan.
Dewasa ini iklim persaingan bisnis ritail di Indonesia
semakin keras dan menantang.Di satu sisi
banyak bermunculan perusahaan-perusahaan ritail local yang
baru,sedangkan sisi yang lain beberapa perusahaan ritail asing mulai masuk ke
negeri.Dalam kompetisi tersebut,setiap perusahaan ritail saling bersaing untuk
mempertahankan konsumen yang selama ini
menggunakan produk atau jasa mereka.Para perusahaan tersebut berlomba-lomba
untuk memuaskan konsumennya masing-masing agar mereka tidak beralih ke produk
atau jasa dari perusahaan kompetior.Maka tak pelak lagi setiap perusahaan
ritail harus terus menerus meningkatkan kualitas pelayanan yang di berikan
kepada konsumen demi keberhasilan perusahaan untuk bertahan dalam kompetisi
bisnis.Eceran atau disebut ritel adalah salah satu cara
pemasaran produk meliputi semua aktivitas yang melibatkan penjualan barang
secara langsung ke konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan
bisnis.Organisasi ataupun seseorang yang menjalankan bisnis ini disebut
pengecer.Pada prakteknya pengecer melakukan pembelian barang ataupun produk
dalam jumlah besar dari produsen.Bisnis ritel adalah bisnis yang signitifkan
dengan pertumbuhan pasar rumah tangga.Dasar pemikiran dari elemen Rumah Tangga
yang terdiri dari orang tua(ayah,ibu),anak.Kedua elemen ini dalam bidang
konsumsi hampir sama,membutuhkan makan,minum dan pakaian.Tetapi dalam bidang
yang lain tentunya kebutuhan berbeda.
Bisnis ritel dapat memacu pasar komoditi unggulan yang
dilakukan oleh sector swasta,oleh karena itu bisnis ini tidak terlepas dari
kegiatan produksi yang dilakukan sendiri,maka yang perlu di perhatikan adalah
tujuan dari kegiatan produksi ini.Pengaruh bisnis ritel terhadap pertumbuhan
ekonomi daerah bisa di sebut dari peran distribusi yang sangat menunjang ,serta
memudahkan pengeluaran barang dari produsen ketangan konsumen lewat lembaga
atau perusahaan-perusahaan yang ada seperti Indomart.Alfamart,Superindo.
Pasar eceran atau pasar ritel di
Indonesia merupakan pasar besar dengan jumlah penduduk Indonesia pada awal
tahun 2010sekitar 237.556 jiwa. Dengan jumlah penduduk sebanyak itu,total
belanja rumah tangga akhir 2010 mencapai 115triliun rupiah . Belanja tersebut
mencakup seluruh kebutuhan rumah tangga, mulai dari kebutuhan sehari-hari
seperti gula, sabun mandi, pakaian,hingga kebutuhan barang tahan lama (durable) seperti kulkas,emas dan mobil.Dapat dikatakan bisnis retil adalah bisnis yang tidak ada matinya atau
dengan kata lain,bisnis retil selain menguntungkan juga dapat memberikan
kemudahan-kemudahan pelayanan kepada masyarakat atau konsumsi pengguna barang
dan jasa lewat lembaga distribusi antara lain koprasi,supermarket,toko
swalayan,rumah tangga dan pedagang kaki lima.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 BISNIS RETIL
Bisnis retil merupakan jenis usaha yang paling banyak
dijalankan orang.Dari pedagang kaki lima,supermarket,hingga hypermarket merupakan
jenis bisnis retil yang sering kita temukan.Begitu juga dengan para pedagang
yang jual di pasar-pasar tradisional.Dengan pengertian yang sudah ada,dapat
dikatakan bisnis retil adalah usaha yang menyalurkan barang atau jasa kepada
pengguna akhir.
2.2 PENGARUH BISNIS RETIL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
DAERAH
Dapat dilihat dari peran distribusi yang sangat
menunjang ,serta memudahkan penyaluran barang dari produsen ketangan konsumen
lewat lembaga atau perusahaan-perusahaan yang ada seperti indomart,alfamart,superindo.Pada
intinya perusahaan-perusahaan tersebut mempunyai tujuan,antara lain :
Ø Mempercepat hasil produksi sampai ketangan konsumen.
Ø Tercapainya penyebaran hasil produksi secara merata
ketangan konsumen.
Ø Menjaga kelangsungan hidup.
Ø Meningkatkan dan memperbesar mutu dan jumlah hasil
produksi.
Ø Menjaga stabilitas harga barang-barang hasil produksi.
Memang kalau dikaji secara detail,prusahaan-perusahaan
tersebut diatas badan-badan perantara,seperti hal-nya .atau toko.Perannya
sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi
daerah,khusus memberikan kemudahan bagi masyarakat atau konsumen untuk
mendapatkan kebutuhan hidup sehari-hari.Dalam system distribusi ada tiga cara penyampaian barang,yaitu
sebagai berikut :
1.
Distribusi tidak
langsung
Penyampaian
barang hasil produksi dari produsen ketangan konsumen dengan menggunakan
badan-badan perantara,baik agen,distribusi dan lain-lain.
2.
Distribusi
secara langsung
Penyampaian
barang hasil produksi secara langsung dari produsen kepada konsumen yang
memerlukan.
3.
Distribusi semi
langsung
Penyampaian
barang dari produsen kepada konsumen dengan menggunakan badan perantara (toko)
milik produsen sendiri.
Dari ketiga system
distribusi tersebut diatas yang paling mungkin dapat digunakan bagi bisnis
retil,nomor 1 dan 3,karena pada distribusi tidak langsung dan distribusi semi
langsung banyak menyediakan barang-barang kebutuhan produk sehari—hari bagi
masyarakat atau konsumen pengguna barang kebutuhan pokok yang daya belinya
hanya untuk kepentingan individu akan memenuhi kebutuhannya.
2.3 BISNIS RETAIL YANG SIGNITIFKAN
DENGAN SEKTOR RUMAH TANGGA,PASAR
KOMODITI DAN SEKTOR SWASTA
Bisnis yang
signitifkan dengan pertumbuhan sektor rumah tangga.Dasar pemikiran dari elemen
rumah tangga yang terdiri dari orang tua (ayah,ibu) dan anak.Kedua elemen
tersebut dalam bidang konsumsi hampir sama,membutuhkan
makan,minu,pakaian,tetapi dalam bidang yang lain tentunya kebutuhannya berbeda
contohnya untuk anak-anak yang dibutuhkan
lain.Maka pangsa pasar yang ada
saat ini dapat dimanfaatkan oleh orang tua memproduksi kebutuhan barang untuk
keperluan anak-anak.Dengan demikian hasil yang diperoleh akan menambah
pendapatan dari rumah tangga keluarga.Tindakan yang dilakukan oleh rumah tangga
keduanya masuk dalam FAKTOR PRODUKSI
KEWIRAUSAHAAN.
Ciri-ciri faktor produksi
kewirausahaan :
v Mampu
mengorganisasi atau mengatur tata kerja perusahaan
v Mempunyai
pandangan yang luas tentang ekonomi dan manajemen
v Mempunyai
keahlian,kecakapan dan ketermpilan sesuai dengan kegiatan produksi yang akan
dihasilkan
v Dapat
mengambil keputusan secara cepat,tepat dan berani bertanggung jawab dalam
menghadapi segala resiko
v Mengetahui
tentang administrasi dan manajemen
v Jujur
dan dapat dipercaya
Bisnis retail dapat memacu
pasar komoditi unggulan yang dilakukan oleh sektor swasta,oleh karena itu
bisnis ini tidak terlepas dari kegiatan produksi yang dilakukan sendiri, maka
yang perlu di perhatikan adalah tujuan dari kegiatan produksi ini :
ü Produksi
ekonomis
Adalah kegiatan produksi yang
bertujuan untuk menghasilkan barang sekaligus untuk memperoleh laba/keuntungan.
Contoh :
produksi,Roti,Baju,Elektronik dan lain-lain.
ü Produksi
jasa
Adalah kegiatan produksi yang
menghasilkan keuntungan atau laba dan jasa-jasa yang di lakukan.
Contoh :
Laundry,Bengkel,Persewaan peralatan pesta pernikahan,foto copy dan lain-lain.
2.4
PERTUMBUHAN
EKONOMI DI INDONESIA PADA BISNIS RETAIL
Seiring
terus positifnya pertumbuhan ekonomi Indonesia dan meningkatnya daya beli
masyarakat, bisnis ritel di negara ini pun tampak makin bergairah. Menariknya,
gairah bisnis ritel tidak hanya terjadi di Jabodetabek, tetapi juga di kota
terbesar kedua di Indonesia, Surabaya. Investasi bisnis ritel di Surabaya dan
kota-kota lainnya di Indonesia kini kian menarik. Sebagai contoh, salah satu
perusahaan ritel besar di negara ini, PT Matahari Putra Prima Tbk. (MPPA), giat
melakukan ekspansi usaha berupa pembukaan gerai-gerai hipermarketnya di
sejumlah kota besar di Indonesia, termasuk Surabaya.
Pembukaan satu gerai
hipermarket menghabiskan dana investasi sekitar Rp50 miliar dan menyerap tenaga
kerja minimal 500 orang dengan pemasok mencapai 200 vendor. Pada 2014 MPPA
menargetkan jaringan bisnis hipermarketnya lebih dari 130 gerai di seluruh
Indonesia. PT Matahari Department Store Tbk. sepanjang tahun ini juga berusaha
meningkatkan penjualannya dengan membuka sejumlah gerai baru di Provinsi Jawa
Timur, termasuk Kota Surabaya.Mengapa Surabaya menjadi pilihan menarik bagi
bisnis ritel sekarang ini?
Kota Surabaya makin menjadi
area bertemunya berbagai kegiatan perdagangan di kawasan timur Indonesia dan
memiliki beberapa sentra bisnis yang dapat dijadikan tujuan investasi. Surabaya
sudah seperti Kota Jakarta ke-2, karena jumlah penduduk Surabaya terbesar kedua
setelah Jakarta, yaitu sebanyak 2.956.569 jiwa dengan kepadatan penduduk 91
jiwa per hektare pada tahun 2011 (data Badan Pusat Statistik Kota Surabaya).
Aktivitas dan kebutuhan penduduk di Kota Pahlawan ini selalu meningkat. Hal ini
tentu menjadi peluang usaha besar bagi para pengusaha ritel dan sangat
prospektif untuk pengembangan bisnis ritel. Apalagi kota yang kian dikenal
sebagai kota metropolitan ini sudah difokuskan sebagai kota jasa dan
perdagangan, bukan lagi kota industri. Sektor ritel di Kota Surabaya menempati
posisi yang cukup strategis, menyusul daya beli masyarakatnya yang meningkat.
Rata-rata pendapatan per kapita Kota Surabaya mencapai Rp62,62 juta dari tahun
2007 hingga tahun 2010. Hal ini menjadi faktor utama dalam strategi bisnis
perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang konsumsi dalam berbisnis di
Surabaya.Struktur ekonomi Kota Surabaya tahun 2010 masih didominasi oleh sektor
perdagangan, hotel, dan restoran. Sektor-sektor tersebut mempunyai peranan
sebesar 45% terhadap perekonomian Kota Surabaya. Hal itu sangat wajar karena
Surabaya adalah ibu kota Provinsi Jawa Timur dan merupakan pusat perdagangan di
wilayah timur Indonesia. Selanjutnya, sektor industri pengolahan dan
pengangkutan & komunikasi, yang masing-masing berkontribusi sebesar 23,08%
dan 10,26% (data Badan Pusat Statistik Kota Surabaya).Seiring dengan kesempatan
yang besar bagi investasi di bidang kebutuhan konsumsi masyarakat, perkembangan
bisnis ritel di Kota Surabaya masih didominasi oleh pengusaha minimarket.
Pangsa pasar ritel minimarket di kota ini meningkat dari hanya 5% pada 2001
menjadi 21,1% pada 2011. Sementara itu, pangsa supermarket dan hipermarket
stabil di kisaran 20%. Keberadaan minimarket di kota ini bak cendawan di musim
hujan.
Kelas menengah di Indonesia
umumnya berbelanja dengan basket size yang sedang, sehingga mereka cenderung
memilih cukup pergi berbelanja ke minimarket. Di sisi lain, produsen FMCG juga
memilih memperluas jaringan distribusi barang-barangnya secara modern melalui
minimarket. Karena Jaringan distribusi merupakan hal yang sangat penting dalam
berbisnis di Indonesia yang wilayahnya sangat luas dan kondisi infrastrukturnya
belum baik.
Di sisi lain, jumlah
perusahaan ritel di Jawa Timur juga mengalami peningkatan.
Ø Pada
2011 jumlahnya mencapai 2.237 unit, atau meningkat sebesar 27,8%
Ø pada
2010. Pangsa ritel minimarket-nya sendiri mencapai 60% lebih terhadap
keseluruhan perusahaan ritel Jawa Timur.
Menurut Abraham Ibnu, Ketua
DPD Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia Jawa Timur, omzet perusahaan ritel di
Jawa Timur bisa mencapai target sampai Rp15,2 triliun pada 2011. Sektor bisnis
eceran di Provinsi Jawa Timur mengalami pertumbuhan omzet yang cukup tinggi
yang pada 2010 terealisasi Rp13,5 triliun. Abraham menyarankan agar para
pengusaha ritel terus berinovasi mengikuti perkembangan zaman agar tidak kalah
bersaing di era perdagangan bebas.
Pesatnya pembangunan
minimarket di beberapa kota besar di Indonesia, termasuk Surabaya,
didukung oleh respons positif dari masyarakat. Segala kemudahan dan kenyamanan
dalam berbelanja pun dapat dipenuhi oleh minimarket. Apalagi minimarket juga
menyediakan komoditas yang begitu beragam, mulai dari peralatan sandang
hingga peralatan tersier.
Kondisi
perekonomian dan daya beli masyarakat Kota Surabaya yang relatif bagus juga
memancing minat peritel besar seperti hipermarket dan department store. Keberadaan
peritel besar ini tentu menjadi anchor tenant yang dapat menarik minat
pengunjung pusat perbelanjaan di Surabaya. Apalagi pintu masuk bagi para
peritel asing pun sudah dibuka, seperti tertuang dalam Keputusan Presiden No.
118/2000 yang telah mengeluarkan bisnis ritel dari negative list bagi Penanaman
Modal Asing (PMA). Sejak itu, peritel asing mulai ramai masuk ke Indonesia. Hal
ini menunjukkan peluang bisnis ritel (pasar modern) cukup menjanjikan, sehingga
setiap tahun selalu muncul dan berdiri gerai baru ritel modern di kota-kota
besar.
Sekretaris Jenderal Aprindo
Rudy R.J. Sumampouw mengatakan saat ini ada empat daerah yang mulai mengatur
ekspansi pasar ritel modern. Salah satunya Kota Surabaya melalui Peraturan
Daerah (Perda) Kota Surabaya No. 1 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Usaha di
Bidang Perdagangan dan Perindustrian. Di dalam peraturan itu, pembukaan atau
permintaan izin pembukaan toko ritel modern baru harus memerhatikan beberapa
hal. Di antaranya, jarak lokasi dengan pasar tradisional yang sudah berdiri
sebelumnya. Selain itu, ritel modern juga harus membuat rencana kemitraan
dengan usaha mikro dan kecil di area lokasi.
Ketatnya peraturan tersebut
tentunya diharapkan tidak menyurutkan minat para pengusaha ritel modern
nasional untuk mengembangkan usaha ritel modern di Kota Surabaya, termasuk
untuk bersaing dengan ritel asing. Harus diingat bahwa membangun ritel sama
halnya seperti membangun perekonomian regional ataupun nasional di sektor
perdagangan. Pertumbuhan bisnis ritel juga akan menunjang perkembangan sektor
bisnis lainnya. Diharapkan, pasar Indonesia dapat dikuasai oleh peritel lokal
yang terus terpacu dan bahkan mampu mengembangkan sayap bisnisnya ke luar
negeri.
2.5 DAMPAK PADA BISNIS RETAIL
TRADISIONAL DAN BISNIS RETAIL MODERN
Tentunya
pada bisnis retail kecil seperti toko kelontong.Masyarakat pada golongan
menengah bawah memudahkan pertumbuhan ekonominya,karena sesuai dengan
pendapatan yang di peroleh.Dan tentu saja perbandingan tingkat harga jenis
produk di warung dan minimarket sungguh berbeda,dan tentu jenis produk yang di
jual di warung lebih murah.Dapat diartikan bahwa peran minimarket telah secara
jelas mengurangi omset toko di sekitarnya. Selain itu banyak sekali aturan
Pemerintah Daerah tentang pendirian minimarket yang dilanggar oleh pemilik waralaba
yang bersangkutan.
Dampak
terjadi pada bisnis retail modern,orang-oranglebih suka belanja di minimarket
karena mereka menyediakan tempat jual beli yang nyaman dengan air conditioner
(AC ), keteraturan tata letak produk, banyaknya varian produk, danharga
yang tidak jauh beda dibandingkan dengan harga di toko biasa.Pelanggan tidak
begitu memperdulikan selisih harga tersebut jika dibandingkandengan pelayanan
yang mereka dapatkan saat berbelanja di minimarket. Alhasil, tokokelontong akan
kalah bersaing dan kehilangan konsumen. Pola pendirian minimarket yangmenyebar
dan tidak memperdulikan peraturan Pemda yang dicanangkan membuatminimarket
telah mampu memakan kelangsungan bisnis toko di sekitarnya.Apalagi untuk
beberapa produk kebutuhan sehari-hari minimarket telah mampumenekan harga jual
sehingga mampu lebih rendah dari toko kelontong. Hal tersebut karena para
minimarket memiliki pusat grosir yang jelas bagi produk mereka. implikasinya,untuk
beberapa produk minimarket mampu menjual dengan harga yang relative lebih
rendahdibanding toko kelontong.
2.6
ANALISIS DALAM INDUSTRI RETAIL MODERN
Dalam
periode enam tahun terakhir, dari tahun 2007–2012, jumlah gerai ritel modern di
Indonesia mengalami pertumbuhan rata-rata 17,57% per tahun. Pada tahun 2007,
jumlah usaha ritel di Indonesia masih sebanyak 10.365 gerai, kota di Indonesia.
Pertumbuhan jumlah gerai tersebut tentu saja diikuti dengan pertumbuhan
penjualan. Menurut Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia (Aprindo), pertumbuhan
bisnis ritel di Indonesia antara 10%–15% per tahun. Penjualan ritel pada tahun
2006 masih sebesar Rp49 triliun, dan melesat hingga mencapai Rp120 triliun pada
tahun 2011. Sedangkan pada tahun 2012, pertumbuhan ritel diperkirakan masih
sama, yaitu 10%–15%, atau mencapai Rp138 triliun. Jumlah pendapatan terbesar
merupakan kontribusi dari hipermarket, kemudian disusul oleh minimarket dan
supermarket.
Indonesia dengan jumlah penduduk
sekitar 237 juta jiwa dengan total konsumsi sekitar Rp3.600-an triliun
merupakan pasar potensial bagi bisnis ritel modern. Ini didukung oleh perilaku
berbelanja penduduk Indonesia yang sudah mulai bergeser, dari berbelanja di
pasar tradisional menuju ritel modern.

Persentase penduduk yang berbelanja di ritel modern
untuk barang kebutuhan di atas
Sumber: Frontier Consulting Group, Research Division (survei di enam kota besar)
Sumber: Frontier Consulting Group, Research Division (survei di enam kota besar)
Dengan dibukanya pintu masuk bagi para peritel asing
sebagaimana Keputusan Presiden No. 118/2000 yang telah mengeluarkan bisnis
ritel dari negative list bagi penanaman modal asing (PMA), sejak itu ritel
asing mulai marak masuk ke Indonesia. Masuknya ritel asing dalam bisnis ini
menunjukkan bisnis ini sangat menguntungkan. Namun di sisi lain, masuknya
hipermarket asing yang semakin ekspansif memperluas jaringan gerainya, dapat
menjadi ancaman bagi peritel lokal. Peritel asing tidak hanya membuka gerai di
Jakarta. Misalnya Carrefour, dalam enam tahun belakangan sudah merambah ke luar
Jakarta, termasuk ke Yogyakarta, Surabaya, Semarang, Palembang, dan Makassar.
Semakin maraknya ritel modern tentu saja menimbulkan
persaingan sesama ritel modern tersebut. Selain itu, maraknya ritel modern
memudahkan konsumen untuk memilih ritel yang disukai dan cocok dengan keinginan
konsumen. Sehingga konsumen dengan mudah bisa berganti ritel modern yang
dikunjungi, atau tetap loyal dengan satu ritel karena sudah merasa cocok.
Survei Top Brand yang mengukur tiga parameter, yaitu
TOM BA, last usage, dan future intention, selain digunakan untuk mengetahui Top
Brand Index, bisa juga digunakan untuk mengetahui perilaku switching konsumen.
Berikut ditampilkan perilaku switching konsumen berdasarkan hasil survei Top
Brand 2012, atribut last usage dan future intention, untuk kategori
hipermarket, supermarket, dan minimarket.

Brand Switching Analysis Kategori Hipermarket
Sumber: Frontier Consulting Group Research Division
Sumber: Frontier Consulting Group Research Division
Berdasarkan brand switching analysis di atas, terlihat
bahwa Carrefour, Hypermart, dan Lotte Mart merupakan merek yang diprediksikan
akan bertambah jumlah pengunjungnya di masa mendatang. Angka net switching
ketiga merek tersebut positif. Jumlah pengunjung merek lain yang akan berganti
mengunjungi ketiga merek tersebut (switching in) lebih banyak dari pengunjung
merek tersebut yang akan berpindah menggunakan merek lain (switching out).
Sebaliknya, Giant, Superindo, dan Brastagi, net switching ketiga merek tersebut
bernilai negatif.

Brand Switching Analysis Kategori Supermarket
Sumber: Frontier Consulting Group Research Division
Sumber: Frontier Consulting Group Research Division
Bagaimana dengan supermarket? Berdasarkan brand
switching analysis di atas, terlihat bahwa Hero merupakan satu-satunya merek
yang diprediksikan akan bertambah jumlah pengunjungnya di masa mendatang. Angka
net switching merek tersebut positif. Jumlah pengunjung merek lain yang akan
berganti mengunjungi Hero (switching in) lebih banyak dari pengunjung Hero yang
akan berpindah mengunjungi merek lain (switching out). Sebaliknya, Superindo,
Griya, dan Tip-top, net switching ketiga merek tersebut bernilai negatif.
Sedangkan ADA diprediksikan stagnan.

Brand Switching Analysis Kategori Minimarket
Sumber: Frontier Consulting Group Research Division
Sumber: Frontier Consulting Group Research Division
Kemudian untuk minimarket, berdasarkan brand switching
analysis di atas, terlihat bahwa Alfamart, Yomart, dan 7-eleven merupakan merek
yang diprediksikan akan bertambah jumlah pengunjungnya di masa mendatang. Angka
net switching ketiga merek tersebut positif. Jumlah pengunjung merek lain yang
akan berganti mengunjungi ketiga merek tersebut (switching in) lebih banyak
dari pengunjung ketiga merek tersebut yang akan berpindah mengunjungi merek
lain (switching out). Sebaliknya, Indomaret dan Alfamidi, net switching kedua
merek tersebut bernilai negatif.
Bagi merek-merek yang memiliki net switching negatif
harus berhati-hati dan berusaha melakukan improvement agar prediksi tersebut
tidak terjadi. Demikian juga dengan merek yang sudah memiliki angka net
switching positif, mereka harus mempertahankan atau meningkatkan performance
mereka sehingga prediksi dari brand switching analysis tersebut benar-benar
terjadi.
BAB 3
KESIMPULAN
Dan dapat disimpulkan bahwa minimarket lebih inovatif dalam menarik
minat pelanggan sehingga bukan tidak mugkin pelanggan yang tadinya membeli
di toko akan beralih dan menjadi pelanggan tetap minimarket. Dan
secara garis besar yang dibahas,telah diketahui omzet perusahaan ritel di Jawa
Timur bisa mencapai target sampai 15 triliun lebih pada 2011. Sektor bisnis
eceran di Provinsi Jawa Timur mengalami pertumbuhan omzet yang cukup tinggi
yang pada 2010 terealisasi Rp13,5 triliun.
Di seluruh
indonesia pada bisnis retail modern.Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar
237 juta jiwa dengan total konsumsi sekitar Rp3.600-an triliun merupakan pasar
potensial bagi bisnis ritel modern. Ini didukung oleh perilaku berbelanja
penduduk Indonesia yang sudah mulai bergeser, dari berbelanja di pasar
tradisional menuju ritel modern,dari hasil data yang di ketahui,dalam periode 6
tahun terakhir,
·
Tahun 2001-2012 berjumlah 10.365 gerai usaha
retil di indonesia
·
Di tahun 2006 sebelumnya masih sebesar 49
triliun
·
Tahun 2011 melesat hingga 10 triliun
·
Tahun 2012 pertumbuhan retil masih sama ,yaitu
10%-15% atau dengan angka mencapai 138 triliun
Jumlah
pendapat terbesar merupakan kontribusi dari hypermarket dan disusul oleh
minimarket dan supermarket.
Dan
tentunya, Bisnis retail adalah bisnis yag tidak ada matinya atau dengan kata
lain,Bisnis retail selain maenguntungkan juga dapat memberikan
kemudahan-kemudahan pelayanan kepada masyarakat konsumen barang dan jasa lewat
lembaga distribusi antara lain :
1. Koprasi
2. Supermarket
3. Toko
swalayan
4. Rumah
Tangga keluarga
5. Pedagang
kaki lima
BAB
4
DAFTAR PUSTAKA